Talkshow Waspada, Hermansjah: PWI Sumut Terus Jalin Kerjasama di Masa Pandemi

Talkshow Waspada, Hermansjah: PWI Sumut Terus Jalin Kerjasama di Masa Pandemi

wartapalapa
Sabtu, 17 Juli 2021

 


Warta-palapa.com, Medan

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara terus menjalin kerjasama dengan pemerintah pemerintah, di masa pandemi ini. Karena kerjasama antara pemerintah masyarakat, & media sangat penting dalam menghadapi pandemi Covid-19. 


Hal itu dikatakan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara H. Hermansjah, SE dalam talkshow daring Harian Waspada bertema Wartawan “Sumut & Penanganan Covid-19”, Sabtu (17/07/2021). Talkshow yang dimoderatori Dedi Sahputra tersebut juga ditayangkan di channel youtube waspadatv. “Peran media dibutuhkan untuk membangun produktivitas dan kedisiplinan masyarakat menghadapi pandemi,” ujar Hermansjah.


Menurut Hermansjah, pers senantiasa di depan, seperti halnya tenaga medis, tidak punya tempat mundur, melainkan maju terus dengan tetap adaptif di tengah situasi sulit. “Hanya dengan kesiapan kemampuan beradaptasi menjamin keberlangsungan jurnalis dan perusahaan tempat ia bekerja. Jaminan ini membawa pers tetap di garda depan untuk pencerahan masyarakat,” sebutnya.


Dikatakan, media merupakan sumber informasi yang aktual, menyajikan berita yang bermanfaat bagi masyarakat, menyangkal informasi yang salah dan keliru (hoax) dengan mengklarifikasi setiap berita berita yang akan disajikan. “Media harus membangun optimisme masyarakat melalui pemberitaannya dan menghindarkan pemberitaan menakutkan sehingga memunculkan rasa pesimisme,” tuturnya.


Di masa PPKM Darurat saat ini peran media selain penting, juga sangatlah besar, di antaranya memberikan edukasi serta mengajak masyarakat menyesuaikan diri. Bahwa media wajib memiliki peran dan fungsinya sebagai wahana informasi terkait protokol kesehatan. 


“Ini dirasa perlu dengan harapan media dapat menekan rasa panik masyarakat terhadap wabah Covid-19. Informasi yang membangkitkan kesadaran sosial, pemberitaan yang meningkatkan rasa optimisme sehingga menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat. Ini menjadi satu kewajiban yang harus jadi pegangan tiap wartawan dalam pemberitaannya,” jelas Hermansjah.


Fungsi Media

Lebih jauh disebutkan, di masa PPKM Darurat ini media massa memiliki tiga fungsi yang penting, yakni: Menarasikan sebuah kebijakan; Mengkritik kebijakan tersebut dengan kritik yang membangun; Mempersuasi atau mengajak masyarakat untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Karenanya media perlu memberikan contoh.


Dia menguraikan, peranan media di masa PPKM Darurat di antaranya ikut menyosialisasikan tentang PPKM Darurat. “Tidak cukup menerasikan, tapi harus memperjelas sesuatu yang masih tersembunyi,” ujarnya.


Selain itu ikut juga memerangi berita hoax seputar Covid-19 terutama dari media sosial, terkadang banyak menyebarkan informasi menyesatkan; Menjelaskan tujuan PPKM Darurat, yakni membangkitkan kembali perekonomian. 


“Media harus mengungkap dengan data yang valid agar masyarakat bisa menilai apakah kebijakan PPKM Darurat yang dilakukan pemerintah itu sudah tepat atau tidakk. Media harus mampu menjelaskan argumentasi yang dibuat pemerintah dengan parameter yang jelas, perlu data valid mendukung PPKM Darurat,” urainya.


Hermansjah juga menguraikan, ada tiga periode yang dihadapi media terjadi selama pandemi Covid-19. Pertama, periode adaptasi, bagimana tim media harus menjaga jarak dan bekerja dengan pola baru yakni protokol kesehatan.


Kedua, periode inovasi. Di sini media melakukan perubahan program dan harus terbiasa menggunakan teknologi untuk urusan wawancara dan siaran. Ketiga, periode edukasi, apa yang didapatkan media disampaikan kepada masyarakat. Terutama tentang panduan kesehatan, kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berita-berita yang memberikan informasi yang positif kepada masyarakat. Termasuk juga kegiatan ekonomi rakyat yang dapat dikembangkan dari rumah  di masa pandemi ini.


“Adaptasi pers dari segi konten adalah bagaimana wartawan tetap mendapatkan berita bagus dan penting—bukan mustahil sangat ekseklusif. Ini tidak mudah di tengah keterbatasan gerak (social distancing). Wawancara jarak jauh sering sekali sambungan internet putus. Narasumber belum terbiasa diwawancarai secara daring. Wartawan perlu menjaga tone agar narasumber yang diwawancarai secara daring tidak bosan dan memutuskan komunikasi,” katanya. (AViD/r)